Feature

Tuesday, May 28, 2013

Eksploitasi Wanita Berkedok Emansipasi

Ibu Kartini
Mengukur tingkat kebahagiaan seseorang tak semudah mengukur kedalaman lautan. Orang boleh mengaku merasa bahagia, tetapi bisakah dipercaya sepenuhnya pengakuan itu? Boleh jadi ia sesungguhnya resah. Tapi, demi gengsi atau alasan tertentu, yang dikatakan justru sebaliknya. Dan memang sulit untuk membuktikan fakta sebenarnya. Paling jauh orang hanya bisa menilai dari penampilan lahiriah.


Sebagaimana dirasakan Sara Bokker yang dulunya adalah seorang model, aktris, aktivis dan instruktur fitness. Seperti umumnya gadis remaja yang tinggal di kota besar, Bokker menikmati kehidupan yang serba gemerlap. Kehidupan Bokker ketika itu hanya terfokus pada bagaimana ia menjaga penampilannya agar menarik di mata orang banyak.

Setelah bertahun-tahun, ia mulai merasakan bahwa ia selama ini sudah menjadi budak mode. Dirinya menjadi ‘tawanan’ penampilannya sendiri. Rasa ingin memuaskan ambisi dan kebahagiaan diri sendiri sudah mengungkungnya dalam kehidupan yang serba glamor. Bokker pun mulai mengalihkan kegiatannya dari pesta ke pesta dan alkohol ke meditasi, mengikuti aktivitas sosial dan mempelajari berbagai agama.

Sampai terjadilah peristiwa 11 September 2001, di mana seluruh Amerika bahkan di seluruh dunia mulai menyebut-nyebut Islam, nilai-nilai Islam, dan budaya Islam, bahkan dikait-kaitkan dengan deklarasi Perang Salib yang dilontarkan pimpinan negara AS. Bokker pun mulai menaruh perhatian pada kata Islam.

“Pada titik itu, saya masih mengasosiasikan Islam dengan perempuan-perempuan yang hidup di tenda-tenda, pemukulan terhadap istri, harem dan dunia teroris. Sebagai seorang feminis dan aktivis, saya menginginkan dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia,” kata Bokker seperti dikutip dari Saudi Gazette.

Suatu hari, secara tak sengaja Bokker menemukan kitab suci Al-Qur`an, kitab suci yang selama ini dipandang negatif oleh Barat. “Awalnya, saya tertarik dengan tampilan luar Al-Qur`an dan saya mulai tergelitik membacanya untuk mengetahui tentang eksistensi, kehidupan, penciptaan, dan hubungan antara Pencipta dan yang diciptakan. Saya menemukan Al-Qur`an sangat menyentuh hati dan jiwa saya yang paling dalam, tanpa saya perlu menginterpretasikan atau menanyakannya pada pastor,” sambung Bokker.

Akhirnya, Bokker benar-benar menemukan sebuah kebenaran. Ia memeluk Islam tempat ia merasa hidup damai sebagai seorang Muslim yang taat. Setahun kemudian, ia menikah dengan seorang lelaki Muslim.

Sejak mengucap dua kalimat syahadat Bokker mulai mengenakan busana Muslim lengkap dengan jilbabnya.

“Orang-orang yang saya jumpai tetap sama, tapi untuk pertama kalinya saya benar-benar menjadi seorang perempuan. Saya merasa terlepas dari rantai yang membelenggu dan akhirnya menjadi orang yang bebas,” cerita Bokker tentang pengalaman pertamanya mengenakan busana Islam.

Kalau kita mau menghitung, betapa banyak wanita yang bernasib seperti Sarah Bokker. Banyak wanita yang tidak sadar menjadi budak mode. Mereka rela mengeluarkan uang dan menyisikan waktu hanya untuk menuruti keinginan mengikuti mode yang lagi tren.

Banyak wanita yang tidak sadar bahwa sebenarnya mereka adalah korban dari eksploitasi berkedok emansipasi. Dengan dalih emansipasi banyak wanita yang ramai-ramai meninggalkan rumah. Wanita sekarang banyak yang malu kalau hanya tinggal di rumah saja mengerjakan tugas-tugas domestik wanita.

Seruan kaum feminis ternyata mendapat sambutan yang baik dari kaum wanita dengan ditandai banyaknya wanita yang berkiprah di hampir seluruh sektor pekerjaan tanpa harus memilih dan memilah apakah pekerjaan itu cocok dengan kondisi fisik dan psikologis wanita.

Dampaknya bisa kita rasakan dengan banyaknya kaum ibu yang menjadi stres terhadap beban kehidupan yang demikian berat. Pergeseran nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat luas menuntut wanita ikut bersaing dan turut mencukupi kehidupan keluarganya.

Diberitakan bahwa di Jepang banyak kaum wanita yang enggan mempunyai anak dengan alasan beban kehidupan bertambah berat mereka juga tidak mau terepotkan dengan adanya anak. Akibatnya, di Jepang tingkat pertumbuhan penduduk menjadi minus. Padahal, tingkat kesejahteraan yang meningkat membuat banyaknya para lansia yang menuntut negara untuk merawatnya karena banyak anggota keluarganya yang tidak sanggup untuk merawatnya karena sibuk.

Kita bisa bayangkan bila keadaan demografi di Jepang merata di seluruh dunia tak terkecuali negara-negara Muslim. Pemahaman emansipasi wanita yang keluar dari jalur bisa menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Allah Swt menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan tentunya sudah terencana dengan sempurna. Secara fisik dan psikologis Allah sudah menciptakan wanita dan pria sesuai dengan tugas yang akan mereka emban.

Laki-laki yang dipersiapkan sebagai pemimpin keluarga mempunyai fisik dan psikologis yang kuat; berbeda dengan wanita yang secara fisik lebih lemah dan psikologis yang lembut yang sangat cocok untuk tugas-tugas keibuan mengasuh dan mendidik putra putri generasi penerus umat manusia.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Oleh sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…. (Q.s. an-Nisaa` [4]: 34)

Kalau kedua jenis manusia ini saling iri dan mengklaim dirinya lebih utama dari lainnya, maka kehidupan umat manusia akan tidak bahagia karena mereka menyalahi kodrat yang sudah digariskan.

Kalau kita mau secara jernih melihat sejarah, lahirnya emansipasi wanita yang berasal dari Barat itu dikarenakan penindasan kaum wanita pada sistem masyarakat kapitalis saat itu sehingga membuat kaum wanita menuntut keadilan. Dan perjuangan kaum feminis ini ternyata berkembang menuntut kebebasan dalam segala hal bahkan untuk suatu hal yang di luar kodratnya sebagai wanita.

Fenomena ini dimanfaatkan benar oleh kaum kapitalis untuk mengeksploitasi wanita. Dengan dalih mendukung emansipasi mereka mendorong wanita untuk bekerja di pabrik-pabrik dengan upah yang minim. Diiming-imingi ketenaran menjadi bintang iklan, foto model yang mengeksploitasi keindahan tubuh mereka tanpa mereka sadari. Aurat yang seharusnya tertutup rapat dipertontonkan ke masyarakat luas. Dan demi nama seni banyak wanita yang tereksploitasi atau bahkan dengan bangga mempertontonkan keindahan tubuhnya untuk dijadikan objek kapitalis; bebas dilihat siapa pun.

Islam tidak melarang wanita untuk beraktivitas di ranah publik. Justru apabila aktivitas yang dilakukan untuk kemaslahatan umat Islam membuka luas kesempatan tersebut. Syaratnya, sesuai dengan syariat Islam dan harus sesuai dengan fitrahnya sebagai wanita serta tidak meninggalkan tugas utamanya sebagai seorang istri dari suaminya dan ibu bagi anak-anaknya.

Hal ini sebagaimana telah dicontohkan para shahabiyyah semasa Rasulullah Saw. Kita kenal Aisyah r.a. istri Rasulullah sebagai perawi hadis dan tabib.

Mari kita simak kata-kata Sara Bokker setelah ia mendapat hidayah, “Sampai hari ini, saya tetap seorang feminis, tapi seorang feminis yang Muslim yang menyerukan pada para Muslimah untuk tetap menunaikan tanggung jawabnya dan memberikan dukungan penuh pada suami-suami mereka agar juga menjadi seorang Muslim yang baik. Membesarkan dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi Muslim yang berkualitas sehingga mereka bisa menjadi penerang dan berguna bagi seluruh umat manusia.”

“Menyerukan kaum perempuan untuk berbuat kebaikan dan menjauhkan kemungkaran, untuk menyebarkan kebaikan dan menentang kebatilan, untuk memperjuangkan hak berjilbab maupun bercadar serta berbagi pengalaman tentang jilbab dan cadar bagi Muslimah lainnya yang belum pernah mengenakannya,” papar Bokker.

Semoga kaum Muslimah tidak terjerat dan sadar adanya eksploitasi wanita dengan berkedok emansipasi yang siap menjerat kaum wanita yang lengah. Dengan mempertebal keimanan dan kesyukuran terhadap apa yang telah ditetapkan oleh agama, kita bisa terhindar dari eksploitasi wanita berkedok emansipasi ini.
*Diambil dari buku “Jendela Keluarga Wanita Pendamba Cinta

Sumber : proumedia

No comments:

Post a Comment

Jika ada kesalahan silahkan tulis dalam kotak komentar dan terimakasih.